Perempuan Papua

Perempuan Papua

Selasa, 24 Mei 2016

MENGENAL ADAT DAN TRADISI ORANG KAMORO (SEBUAH CATATAN ETNOGRAFI)

Tulisan ini saya  tulis berdasarkan wawancara dengan beberapa  tokoh adat  Kamoro dan juga dilakukan kajian pustaka dari beberapa laporan penelitian.   Semoga bermanfaat…

WILAYAH ADAT 
Tari Semut
Suku Kamoro mendiami wilayah sepanjang pantai Laut Arafura Kecamatan Mimika Barat yang beribukota di Kokonao dan Kecamatan Mimika Timur yang beribu kota di Mapuru Jaya (mengikuti wilayah administrasi Kabupaten Fak-Fak pada tahun 1990).  Adapun batas-batas wilayah adat Suku Kamoro sebagai berikut:
  • Sebelah utara dibatasi Pegunungan Eneya, Pegunungan Utumuna, dan Pegunungan Naina;
  • ·Sebelah timur   :     Desa Ottakwa
  • Sebelah Selat   :    dibatasi laut Arafura;
  • Sebelah barat   :    dibatasi Pegunungan Uta, Pegunungan Umare.

SUKU, MARGA/FAM, DAN BAHASA 
Suku Kamoro kurang lebih atau 50 Marga/Fam yang bermungkim di Taparu-taparu,
Antra lain :
TAPARU-TAPARU
1      Taparu Bacea
2.      Taparu Waniawe
3.      Taparu Wakutome
4.      Taparu Nimii
5.      Taparu Aruka
6.      Taparu Witarawe
7.      Taparu (Eoe)
8.      Taparu Monawe
9.      Taparu Bugurawe
10.  Taparu Tarawe
11.  Taparu Margimara
12.  Taparu Itimiwe
13.  Taparu Amaotiri
14.  Taparu Itutum Pare
15.  Taparu Hirawu
16.  Taparu Namurun pare
17.  Taparu Wuarpa
18.  Taparu Peraum Pare
19.  Taparu Mamea
20.  Taparu Baku Partipi.

Setiap Taparu didiami oleh beberapa marga/fam, anrata lain : Marga Kapiyau, Marga Waraopea, Marga Aopatayu, Marga Takati, Marga Yawa, Marga Nawatipia, Marga Maipira, Marga Natipia, Marga Pakuraro, Marga Niwa. Warga Suku Kamoro dewasa ini tidak hanya menetap di daerahnya tetapi telah menyebar di berbagai daerah untuk merantau.

Bahasa yang dipergunakan dalam berkomunikasi sehari-hari  ialah bahasa daerah Kamoro dengan ragam dialek yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lainya. Misalnya Bahasa Kamoro dialek Wanita, Kaugapu, Ottokwa, Koprapoka, Mioko dan dialek manasari (Sempan).  Pada umumnya warga suku Kamoro dapat mempergunakan bahasa Indonesia sebagai alat berkomunikasi kecuali warga yang tinggal di pedalaman. Dengan demikian bahasa indonesia telah berfungsi paraktis yakni sebagai alat perhubungan antar warga dan antara suku dalam kehidupan sehari-hari.

PERKAWINAN
Adat perkawinan suku Kamoro berbeda dengan adat perkawinan suku amungme.  Menurut adat perkawinan suku Kamoro pihak orang tuagadislah yang menentukan dan meminang calon permai pria. Penentuan calonmempelai pria tanpa memperhitungkan apakah sebelumnya kedua calon mempelai ada hubungan cinta kasih atau tidak. Adapun syarat-syarat untuk menentukan pilihan calon mempelai pria adalah sebagai berikut :
1.      Rajin bekerja;
2.      Berbudi baik dan bertanggung jawab; dan
3.      Diperkirakan sanggup memelihara anaknya.
Apabila ketiga syarat tersebut telah terpenuhi maka orang tua calon mempelai wanita meminang calon mempelai pria dengan  membawa  sagu dan ikan. Kemudian  terjadilah  musyawarah antar kedua orang tua untuk merencanakan hari pernikahan dan pesta perkawinan yang disebut baiya mukata.

Dalam baiya mukata pihak wanita membawa 1) tikar yang disebut utamuruk, 2) alat-alat pemangkur sagu yaitu wapuri, wee (penapis sagu) dan yamari (pembolak balik sagu).  Saat kedua mempelai dipertemukan yamari dipegang oleh kedua ibu mempelai dan ditarik sehingga terbagi dua. Pada saat yamari terbagi dua itulsh pernikahan sah hukumnya. Namun sebagai responden menyatakan bahwa saat kedua mempelai dipertemukan, maka ukuma menarik tubuh kedua mempelai sehingga tubuh kedua mempelai saling berhimpit sampai kedua pusarnya bersentuhan. Pada saat kedua pusar mempelai bersentuhan itulah perkawinan sah hukumnya.

Persoalan perceraian menurut adat suku Kamoro diperiksa dan diputus oleh ukuma. Perceraian terjadi jika suami tidak rajin bekerja atau istri bermain serong. Anak hasil perkawinan mereka biasanya mengikuti  ayahnya.

ANAK ANGKAT. 
Upacara kelahiran anak menurut adat Kamoro disebut airu-karuru. Responden lain mengatakan imimek atau amimura memamok.  Beberapa bulan sebelum anak lahir, sang ayah sudah mempersiapkan alat-alat pesta dan menanam keladi untuk pesta. Menjelang kelahiran anak, suami istri harus pindah ke rumah keluarga suami. Setelah satu bulan suami istri boleh kembali kerumah sendiri. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan sang ibu
Adat istiadat suku Kamoro mengeal anak angkat yang disebut batiri mikiti. Cara mengangkat melalui tiga tahap. Permintaan tahap pertama ketika bayi masih dalam kandungan. Permintaan  tahap kedua ketika pemotongan tali pusar bayi. Permintaan tahap ketiga  ketika bayi lepas menetek ibunya orang yang mengangkat anak berkewajiban memberikan makan sampai anak tersebut diboyong oleh orang tua angkatnya.

Pada saat pengambilan anak angkat orang tua mengganti dengan barang berharga berupa kain, kampak, dan parang yang disebut kacak ndarak. Anak angkat diberi marga/fam sesuai dengan marga/fam ayah angkatnya, sehingga nama marga/fam ayahnya tidak digunakan. Dalam hal warisan, hak anak angkat sama haknya dengan anak kandung.

TANAH
 Dalam hal petanahan adat istiadat suku Kamoro mengenal tanah milik marga dan tanah milik taparu. Batas tanah-tanah tersebut di tandai dengan amako. Walupun tanda amako pada suatu saat hilang suku Kamoro dapat mengetahui batas-batas tanah yang dimiliki.

Tanah milik marga dan tanah milik taparu dapat dipindahtangankan asal sebelumnya dimusyawarahkan dalam taparo atau marga. Bila tanah tersebut dipindahkan terlebih dahulu harus dilaksanakan upacara adat menghormati tapara mako (tuan-tuan penunggu tanah) bentuk upacara  yang dilaksanakan dengan cara makan bersama di tempat tanah yang akan dipindahkan. Sebagian responden menyatakan bahwa penghormatan kepada tuan-tuan penunggu tanah dengan cara menanam uang logam, tambakau, piring, dan kain merah. Upacara ini disebut taparu kakuru.

SENI BUDAYA
 Suku Kamoro yangbertempat tinggal dipesisir pantai selatan Papua mempunyai daerah seni yang lebih tinggi di bandingkan dengan suku lainnya, terutama seni ukirnya. Adapun jenis seni budaya yang dimiliki suku Kamoro sebagai berikut :

1.      Seni Bangunan Rumah
Suku Kamoro mempunyai beberapa bentuk rumah tradisional yang diberi nama antara lain kapiri kame. Kapiri adalah alat penutup rumah (atap) jadi rumah tradisional suku Kamoro banyak bentuk.  Misalnya: Karapao kame, Tauri kame, Kaota kame, Kapiri kame, dll. Disempurnakan rumah tradisional salah satu adalah: kapiri kame.

Kapiri dibuat dari daun pandan hutan yang kuat, lebar, dan panjang. Daun-daun pandang hutan yang telah dipotong sesuai dengan ukuran yang dikehendaki kemudian dianyam dengan penguat “duri ikan pari”. Setelah anyaman tersebut mencapai ukuran yang dikehendaki maka anyaman tersebut dipakai sebagai tanda. Tetapi saying kapiri ini hanya bertahan antara 1 sampai dengan 2 bulan saja, sehingga setiap tenggan waktu tersebut mereka harus membuat kapiri ini.

Sekarang ini suku Kamoro yangbermukim di daerah kokinao dan atuka tidak lagi menempati kapiri kame. Mereka sudah membangun rumah yang permanen dengan memanfaatkan gaba-gaba (pelepas pohon sagu) sebagai dinding dan seng sebagai atapnya.

2.      Seni Ukir
Setelah disebutkan diatas bahwa suku Kamoro mempunyai seni ukir yang cukup tinggi nilianya.
Motif-motif seni ukir tradisional suku Kamoro didasarkan pada pengalaman sejarah masa lalu. Pengalaman sejarah yang dialaminya diekspresikan dalam bentuk seni ukir yang indah dan mempunyai makna ritual.  Jenis-jenis seni ukir suku Kamoro antara lain :

a.      Mbitoro
Mbitoro adalah ukir-ukiran khas suku Kamoro yang menjadi induk atau dasar dari jenis ukir-ukiran.
Ukiran Mbitoro
      b.      Ote kappa (tongkat)
Ote kapa  adalah seni  ukir yang berbentuk tongkat. Tongkat tersebut biasanya digunakan orang yang sudah lanjut usia.
Ada tiga motif ote yaitu motif uema, (ruas tulang belakang), motif utur tani, (awan putih berarak), motif upau (motif kepala manusia).
     c.       Pekaro (piring makan)
Pekaro dibuat dari jenis kayu yang ringan sehingga sudah dibawah pada saat berkapiri.
     d.      Tamate (perisai)
Tomate ialah seni ukir yang dibuat beberapa tingkat sesuai dengan tinggi orang yang memakainya. Biasanya dibuat empat tingkat yang semuanya bermotif bagian-bagian tubuh buaya.

3.      Seni Suara dan Seni Tari
Menurut legenda lama adat kebudayaan suku Kamoro berasal dari dalam tanah dan air. Konon ceritanya nenek moyang suku Kamoro hanya memberikan alat-alat kebudayaan dan tidak mewariskan alat pertanian, sehingga suku Kamoro lebih pandai bermain music dari pada mengolah tanah.

Seni tari dan seni menyanyi oleh suku Kamoro dijadikan sebagai media dalam berbagai pesta untuk segala kepentingan. Orang  yang memiliki keahlian menyusun syair nyanyian dan medendangkannya disebut baki piare. Baki piare sangat peka dalam memperoleh ilham dari keadaan alam sekitarnya. Ilham yang  dapat  diperolehnya  kemudian diimajinasikan dan diekspresikan dalam bentuk syair lagu. Syair lagu itu kemudian dilagukan dengan ditimpa oleh bunyi tifa yang lembut dan kadang-kadang menyentak irmanya. Jika Irma lagu menyentak iramanya akan segera  mendapat sahutan dari dikiare-we (pengiring lagu) maupun jagawari pikare (penegas atau penutup lagu). Alat – alat music yang digunakan ialah tifa atau e m e, kaeyaro (alat music dari bambu). Kaeyaro ini bias dibunyikan dalam pesta karapao.

4.      Pakaian
Paikain adat atau tradisonal suku Kamoro dibuat dari kulit pohon paura (sejenis pohon genemo) yang  disebut waura. Waura untuk laki-laki dipakai sebagai cawat disebut tapena.Sedang untuk perempuan disebut auware. Waura dihias dengan biji rumput yang berwarna-warni sehingga kelihatan indah.

PEREKONOMIAN MASYARAKAT 
 Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa suku Kamoro tidak mempunyai keahlian bercocok tanam. Untuk mencakup kebutuhan hidup sehari-hari mereka memanfaatkan sagu, keladi, pisang, sukun, dan ubin-ubin yang tumbuh secara alamiah di taparo, di tanah marga dan hutan tanpa di tanam. Sedangkan untuk mencukupi lauk-pauk mereka mencari ikan disungai atau di laut, dan berburu burung. Selain itu suku Kamoro mempunyai makanan khas yang tidak dimiliki oleh suku lain yaitu tambelo (ulat kayu sebagai obat yang kuat/sangat berkasiat).

FILSAFAT HIDUP 
Walaupun sederhana, suku Kamoro sudah memiliki filsafat. Filsafat ini tercermin dari hidup mereka yang berkelompok dan menyatu dalam satu atap antara lain pada saat berkapiri. Dalam berkapiri inilah suku Kamoro terikat dalam satu ikatan kegotongroyongan dalam taparo dan dalam marganya. Selain itu sebagian responden menyatakan bahwa suku Kamoro memiliki “rasa cinta kasih persaudaraan” yang disebut we-iwaoto.

STRUKTUR ADAT DAN KEPEMIMPINAN
Sebelum pemerintah colonial Belanda masuk di daerah ini suku Kamoro sudah memiliki tokoh- tokoh adat, yakni (1) weyaiku dan (2) akwarewe. Weyaiku ialah kepalah suku sebagai tokoh adat dan sekaligus sebagai pemimpin taparo. Sedangkan weyaiku ialah "tua adat" dalam setiap taparo yang berperan sebagai penasehat adat dalam taparo tempat weyaiku diangkat.

Setelah pemerintah colonial Belanda masuk ke daerah suku Kamoro kurang lebih tahun 1930, pemerintah Belanda mengangkat beberapa tokoh dalam pemerintahan daerah sebagai tokoh adat.
Tokoh- tokoh adat yang diangkat pemerintah Belanda adalah:

1.      Weyaiku atau katawe
Weyaiku atau katawe ialah kepala suku sekaligus berperan sebagai panglima perang dan pemimpin tertinggi di taparo- taparo. Selain kedua peran tersebut, di mata masyarakat weyaiku dianggap sebagai pemimpin tertinggi baik di bidang pemerintahan maupun dalam adat masyarakat.
2.      Ndati
Ndati atau raja adalah weyaiku yang diangkat secarea formal oleh pemerintah sebagai pemimpin tertinggi yang paling dihormati yang bertugas memimpin dan menguasai seluruh warga suku Kamoro.
3.      Wakare
Wakare adalah wakil raja yang melaksanakan tugas- tugas raja apabila raja berhalangan.
4.      Mbayora
Mbayora ialah tokoh yang memimpin masyarakat atau Ayupiti dan memimpin taparo- taparo   sebagai kepala kampung.
5.      Kapitana
Kapitana ialah tokoh yang memimpin ayupiti dalam kelompok yang lebih kecil yang berperan sebagai RW.
6.      Ukuma
Ukuma ialah tokoh yang mempunyai tugas istimewah atas pemerintah weyaiku. Ukuma bertugas mengadili dan memutuskan perkara- perkara. Jabatan ukuma serupa dengan jabatan hakim.

Selain tokoh- tokoh adat di atas dikenal juga tokoh- tokoh adat berdasarkan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh tokoh- tokoh adat, yaitu
1.      Kakuruwe yaitu orang yang berperan dalam mengatur pesta;
2.      Tauriwe yaitu orang yang ahli mengatur tari- tarian;
3.      Bakipiakare yaitu orang yang ahli dalam bidang nyanyi- nyanyian, yang terdiri atas
a.      Bakiawe yaitu ahli menyanyi tipa duduk;
b.      Tauwe yaitu menyanyi dalam karapau;
c.       Ndikiarawe yaitu pengiring penyanyi; dan
d.      Yawari pikare yaitu penegas lagu.
4.      Amotawe pengatur sagu;
5.      Opakowe pengatur pesta adat sukun;
6.      Kawe pengatur pisang; dan
7.      Rawe pengatur ikan.

PEMILIHAN TOKOH-TOKOH ADAT  DAN UPACARA PENOBATAN

a. Cara Memilih Tokoh-tokoh Adat
Menurut adat-istiadat suuku Kamoro tidak semua orang dapat dipilih menjadi tokoh adat atauu weyaiku. Yang dapat dicankan sebagai weyaiku. Hanya laki-laki yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Ahli perang di sungai atau di ari;
2.      Tangkas dan pemberani; dan
3.      Bias membina dan melindungi masyarakat.
Untuk memilih calon weyaiku terlebih dahulu diadakan taparo. Tokoh-tokoh Adat dari setiap tparo bermuswarah untuk memilih seorang laki-laki yang memnuhi syarat. Untuk memilih seseorang menjadi wyaiku penilainnya tidak hanya saat berlangung  musyawarah, tetapi penilainnya mencakup karakter seseorang sejak kecil hingga dewasa.

b. Upacara Penobatan
Setelah calon weyaiku terpilih dan disepakati oleh tokoh-tokoh adat langkah selanjutnya mempersiapkan upacara penobatan weyaiku Hal-hal yang dipersiapkan antara lain peralatan upacara penobatan dan bahan makanan. Untuk keperluan pesta biasanya jauh-jauh sebelumnya masyarakat menanam “keladi khusus”.
Penobatan weyaiku dilaksanakan di tempat terbuka, disaksiakn oleh masyarkat. Tua-tua adat bermusyawarah untuk mufakat menobatkan calon weyaiku menjadi weyaiku.
Pada saat penobatan calon weyaiku memakai busana sebagai berikut:
1.   Cawat yang terbuat dari kulit kayu yang berwarna kemerah-merahan;
2.   Kalung yang dihas dengan bulu burung kasuari;
3.   Badan dan wajah dihias dengan kapur;
4.   Bulu burung kasuari dan taring babi yang dipakai pada lengan tangan;
5.   Bulu burung kasuari dipakai pada kedua pergelangan tangan.
6. Tuuni adalah topi yang dianyam dengan tali rotan (tali khusus) yang dihiasi dengan bulu burung cendrawasih yang dipasang di atas kepala sebagai tanda kebesaran (we-weyaiku) artinya lambing kekuasaan.

Sebagai lambang kekuasaan weyaiku pada saat penobatan tokoh-tokoh adat menyerahkan “tongkat komando” yang disebut pokai. Pokai terbuat dari kayu sejenis pohon nangka dalam bahasa daerah disebut pokai bakiro yang dihiasi bulu bangau, daun-daun, dan kasuari.

Tidak ada komentar: